Riwayat Eyang Suro
Ki Ngabei Ageng Soerodiwirdjo nama kecilnya adalah Muhamad Masdan,
yang lahir pada tahun 1876 di Surabaya putra sulung Ki Ngabei
Soeromihardjo (mantri cacar di ngimbang kab: jombang Ki ngabei
Soeromihardjo adalah saudara sepupu RAA Soeronegoro (bupati Kediri pada
saat itu). Ki Ageng soerodiwirdjo mempunyai garis keterunan batoro
katong di Ponorogo, beliau kawin dengan ibu sarijati umur 29 tahun di
surabaya dari perkawinan itu dianugrahi 3 anak laki-2 dan 2 anak
perempuan namun semuanya meninggal dunia sewaktu masih kecil.
Pada usia 14 tahun (th 1890) beliau lulus SR sekarang SD kemudian
diambil putra oleh pamanya (wedono di wonokromo) dan tahun 1891 yaitu
tepat berusia 15 tahun ikut seorang kontrolir belanda di pekerjakan
sebagai juru tulis tetapi harus magang dahulu (sekarang capeg). Pada
usia yang relatif masih muda Ki Ageng Soerodiwirdjo mengaji di pondok
pesantren tibu ireng jombang, dan disini lah beliau belajar pencak silat
pada tahun 1892 pindah ke bandung tepatnya di parahyangan di daerah ini
beliau berksempatan menambah kepandaian ilmu pencak silat. Ki Ageng
Soerodiwirdjo adalah seorang yang berbakat, berkemauan keras dan dapat
berfikir cepat serta dapat menghimpun bermacam-macam gerak langkah
permainan. Pencak silat yang di ikuti antar lain:
* Cimande
* Cikalong
* Cibaduyut
* Ciampea
* Sumedangan
Tahun 1893 beliau pindah ke jakarta, di kota betawi ini hanya satu
tahun tetapi dapat mempergunakan waktunya untuk menambah pengetahuan
dalam belajar pencak silat yaitu:
* Betawian
* Kwitangan
* Monyetan
* Toya
Pada tahun 1894 Ki Ageng Soerodiwirdjo pindah ke bengkulu karena pada
saat itu orang yang di ikutinya (orang belanda) pindah kesana.di
bengkulu permainanya sama dengan di jawa barat, enam bulan kemudian
pindah ke padang. Di kedua daerah ini Ki Ageng Soerodiwirdjo juga
memperdalam dan menambah pengetahuannya tentang dunia pencak silat.
Permainan yang diperolehnya antara lain : minangkabau
* Permainan padang Pariaman
* Permainan padang Sidempoan
* Permainan padang Panjang
* Permainan padang Pesur / padang baru
* Permainan padang sikante
* Permainan padang alai
* Permainan padang partaikan
Permainan yang di dapat dari bukit tinggi yakni :
* Permainan Orang lawah
* Permainan lintang
* Permainan solok
* Permainan singkarak
* Permainan sipei
* Permainan paya punggung
* Permainan katak gadang
* Permainan air bangis
* Permainan tariakan
Dari daerah tersebut salah satu gurunya adalah Datuk Rajo Batuah.
Beliau disamping mengajarkan ilmu kerohanian. Dimana ilmu kerohanian ini
diberikan kepada murid-murid beliau di tingkat II.
Pada tahun 1898 beliau melanjutkan perantuanya ke banda aceh, di tempat
ini Ki Ageng Soerodiwirdjo berguru kepada beberapa guru pencak silat,
diantarnya :
* Tengku Achamd mulia Ibrahim
* Gusti kenongo mangga tengah
* Cik bedoyo
Dari sini diperoleh pelajaran – pelajaran, yakni:
* Permainan aceh pantai
* Permainan kucingan
* Permainan bengai lancam
* Permainan simpangan
* Permainan turutung
Pada tahun 1902 Ki Ageng Soerodiwirdjo kembali ke Surabaya dan
bekerja sebagai anggota polisi dengan pangkat mayor polisi. Tahun 1903
di daerah tambak Gringsing untuk pertama kali Ki Ageng Soerodiwirdjo
mendirikan perkumpulan mula-mula di beri nama ‘SEDULUR TUNGGAL KECER”
dan permainan pencak silatnya bernama “ JOYO GENDELO” .
Pada tahun 1917 nama tersebut berubah, dan berdirilah pencak silat
PERSAUDARAAN SETIA HATI, (SH) yang berpusat di madiun tujuan perkumpulan
tersebut diantaranya, afar para anggota (warga) nya mempunyai rasa
Persaudaraan dan kepribadian Nasional yang kuat karena pada saat itu
Indonesia sedang di jajah oleh bangsa belanda. Ki Ageng Soerodiwirdjo
wafat pada hari jum`at legi tanggal 10 nopember 1944 dan di makamkan di
makam Winongo madiun dalam usia enam puluh delapan tahun (68).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar